Wednesday, November 29, 2006

Pada suatu sore

Tadi sore, ketika sedang dalam perjalanan di dalam kota, iseng saya memindahkan tape di dalam mobil dari kaset ke radio. Sambil nyetir, saya asyik mendengarkan penyiar radio tersebut cuap-cuap. Nah, si penyiar radio kemudian memperdengarkan potongan sebuah seminar internasional mengenai konsep kesuksesan yang dibawakan seorang pemateri yang sangat terkenal. Pemateri bule ini berbicara dalam bahasa “sono” mengenai kenapa banyak orang ingin sukses tapi yang akhirnya bisa sukses hanya segelintir orang saja. Seketika itu juga saya memasang telinga baik-baik, selain saya memang ingin menangkap ilmunya, otak saya juga masih harus men-translate bahasa dia ke bahasa saya.

Si pemateri ternyata menyampaikan hal yang sangat simpel. Dia bilang,”You are what you think most of the time”. Apa yang selalu ada dalam pikiran Anda, menentukan siapa Anda sebenarnya. Itulah yang membedakan orang sukses dan orang rata-rata. Pemateri itu kemudian melanjutkan pembahasannya dan dia menambahkan, yang selalu ada dalam pikiran orang sukses adalah ‘apa yang saya inginkan?’ sedangkan yang difokuskan oleh orang-orang gagal dalam otak mereka adalah ‘apa yang tidak saya inginkan?’.

Si pemateri memberi contoh : orang sukses selalu berpikir ‘saya ingin kaya’ atau ‘saya ingin negeri ini menjadi lebih baik’ atau ‘saya ingin ini’ atau ‘saya ingin itu’ dan ‘saya ingin anu’. Sementara orang gagal selalu berpikir ‘saya tidak ingin miskin’ atau ‘saya tidak ingin bangkrut’ atau ‘saya tidak ingin kehilangan tabungan saya’ atau ‘saya tidak ingin gagal’ atau ‘saya tidak ingin ini’ atau ‘saya tidak ingin itu’ dan ‘saya tidak ingin anu’.

Intinya adalah, orang-orang sukses dimanapun, di bidang apapun, selalu memfokuskan pikiran mereka pada apa yang betul-betul mereka inginkan, sedangkan orang gagal selalu fokus pada ketakutan mereka atas hal yang tidak mereka inginkan terjadi pada diri mereka. Tentu saja output yang dihasilkan berbeda. Keinginan yang kuat dan disertai latihan pikiran bawah sadar terus-menerus (…most of the time) bahwa mereka mampu meraihnya, membuat orang-orang sukses bergerak menuju kesuksesan mereka. Sedangkan pikiran yang selalu (…most of the time) dipenuhi ketakutan, membuat orang-orang gagal diam di tempat, mandul dan tidak kemana-mana.

Pemateri tersebut kemudian memberikan rumus sukses, yaitu : ‘thought x emotion = result’. Pikiran x emosi = hasil. Artinya, variabel ‘hasil’ baru akan keluar jika terjadi multiply (perkalian) antara pikiran dan emosi. Tidak bisa hanya salah satunya, karena kalo pikiran (thought) bernilai 1 dan emosi (emotion) bernilai 0, maka hasilnya (result) adalah 0, demikian sebaliknya. Harus dua-duanya. Artinya, kalo kita sudah punya pikiran positif mengenai apa yang kita inginkan, hal tersebut juga harus mempengaruhi emosi kita sedemikian rupa sehingga potensi bawah sadar kita juga akan muncul ke permukaan. Menurut pemateri tersebut, hal inilah yang membuat para pemimpin kharismatik selalu tampak memiliki sinar aura yang luar biasa di sekeliling mereka, sebab apa yang sudah mereka perbuat adalah hasil dari buah pikiran dan emosi mereka.

Contoh :

  • Para pemimpin revolusi selalu memiliki kharisma yang membuat para pengikutnya kagum dan bersumpah-setia sampai mati. Itu karena pikiran sang pemimpin untuk membuat negerinya menjadi lebih baik, dikalikan dengan perasaan emosi yang meluap-luap yang kemungkinan besar dihasilkan dari rasa cinta yang besar terhadap bangsanya.
  • Banyak jutawan dan miliarder di dunia ini yang memiliki masa lalu kelam dan hidup dalam kemiskinan. Hal ini mempengaruhi pikiran dan emosi mereka secara bersamaan untuk bergerak meninggalkan kemiskinan tersebut.
  • Itulah sebabnya sang juara selalu menangis pada saat menerima piala kemenangannya. Karena emosi sang juara selalu ikut menyertai seiring dengan pikiran positif untuk meraih kemenangan di arena.

Saya pikir, wow…tepat seperti itulah yang diajarkan para mentor saya. Mereka selalu mengajarkan saya untuk punya impian yang bukan asal besar, tapi juga pastikan impian itu melibatkan emosi saya sehingga menggerakkan alam bawah sadar saya. Kalau emosi dan alam bawah sadar sudah terlibat, maka saya tidak akan merasakan lelah, sakit, keringat, darah dan airmata. Dan impian saya melibatkan emosi yang paling powerful di jagad raya, yaitu cinta. I’ll be unstoppable.

Monday, November 27, 2006

The BIG Picture

Tadi pagi mulai pk.09.00, rumah ramai sekali. Keluarga pada datang karena ada sebuah acara. Saya sendiri terpaksa bangun pagi, mandi dan ikut turun ke bawah main sama the whole family. Main sama sepupu, om, tante dan para keponakan yang masih kecil-kecil. Tapi keenakan jadinya…lihat jam…ups, sudah setengah 3 siang. Saya harus ke OPP di Clarion Hotel. Sudah waktunya saya harus meninggalkan untuk sementara zona kenyamanan yang saya rasakan sekarang. Jadi saya naik ke kamar, pake kemeja putih, ngambil jas dari lemari, nyisir, pake sepatu, ngambil kunci mobil dan langsung meluncur.

Nyampe di Clarion, parkir mobil, naik ke ruang pertemuan. Salam-salaman bentar, tanya kabar kiri-kanan dan langsung masuk ruangan. Hmmm…rupanya OPP hari ini dibawakan Pak Yusuf, bagus sekali. Memutar pandangan…wah OPP hari ini ramai sekali. Eits, di ujung sana ada new *6 saya, gak kebagian tempat jadi cuma bisa berdiri. Di tengah ada new *5 saya, di dekatnya ada cewek muda dengan rambut dicat merah yang sudah beberapa minggu menyandang predikat sebagai salah satu new *4 saya.

OPP berjalan lancar seperti biasanya. Di tengah-tengah acara, beberapa kali pintu terbuka dan beberapa orang yang terlambat masuk ruangan. Setiap kali hal itu terjadi, selalu ada *4 above yang berdiri dan mempersilahkan tamu baru untuk menempati kursinya. Maklum, semua kursi terisi penuh bahkan banyak orang (termasuk saya) yang akhirnya memilih untuk berdiri. Rupanya para *4 ini sudah berada dalam proses belajar membentuk kepribadian dan profesionalisme mereka. Sip!

Kesaksian diisi seorang gadis muda yang jelas-jelas sangat berterima-kasih kepada para uplinenya. Dia bahkan menyebut mitra seniornya sebagai “my hero”. Rupanya sudah bertahun-tahun dia mengidap kanker dan selalu terpaksa untuk bolak-balik rumah sakit. Obat dokter yang penuh bahan kimia sudah silih berganti masuk ke tubuhnya dan dia mulai lelah dengan semua itu. Sampai suatu ketika di memilih untuk bergabung di bisnis ini dan mulai mengisi tubuhnya dengan kalsium+cordyceps+spirulina dosis tinggi. 2 minggu kemudian check-up, kondisi tubuhnya normal. Pingsan mendadak yang selalu dialami juga sudah lenyap. Wow…hebat pisaaann!

Tiba waktunya impact, para *4 dipersilahkan berdiri di tempat dan melambaikan tangan (sambil tersenyum)…

Impact *5 dan *6, maju ke panggung kehormatan. *5 dari waktu ke waktu makin banyak aja……

Impact *7, saya dan beberapa rekan maju. Saya memilih untuk berbicara mengenai kesederhanaan sistem. Yang saking sederhananya, hingga baru-baru ini ada seorang tukang ojek yang berhasil dapat BMW dan punya aset yang produktif. Pak Ardi memilih untuk mengedepankan potensi bisnis ini. Pak Yusuf memberi keberanian kepada semua orang untuk mulai beraksi dan meninggalkan semua alasan. Karena alasan tidak berjodoh dengan kesuksesan so kalau mau sukses, tinggalkan alasan. Kalau memilih untuk beralasan, silahkan lupakan sukses. Pak Yasin memberi contoh yang bagus sekali mengenai bagaimana sistem dirancang sehingga siapapun yang menjalankan, apapun inputnya, kalau dijalankan dengan benar maka akan menghasilkan output yang sama. Pak Hasibuan memberi satu cerita jenaka yang menggambarkan betapa satu keputusan bisa merubah banyak hal.

Impact *8 kosong..

Impact Bronze Lion, mentor saya Pak Rizky, maju bersolo. Beliau membuka monolognya dengan flashback ke belakang betapa dia menyesal telah menunda selama 3,5 bulan untuk memutuskan serius menjalankan bisnis ini. Dengan berani beliau mengatakan “seandainya waktu itu saya tidak menunda, saat ini paling tidak saya sudah berdiri sebagai seorang Diamond”. Kemudian beliau bercerita mengenai 3 orang pemburu di Australia.

“Alkisah, ada 3 orang pemburu. Ketiga pemburu ini paling senang berburu jauh di dalam hutan yang belum terjamah manusia. Suatu ketika, ketiganya sepakat untuk menyewa sebuah pesawat kecil untuk mengantarkan mereka jauh ke dalam hutan belantara yang terkenal angker dan banyak binatang buas. Awalnya pilot pesawat tersebut ragu.

“Yakin mau berburu di hutan itu, Pak? Kata orang hutan itu angker, lho. Katanya juga banyak binatang buasnya.”

Si pemburu menjawab,”Gak papa.Kita sudah biasa kok.”

Setiba di tempat yang dituju, salah seorang pemburu berkata kepada pilot pesawat tersebut, “Cukup sampai disini, tinggalkan kami. Kami minta Anda kembali 3 hari lagi untuk menjemput kami.”

Si pilot kaget, “Yakin pak gak papa ditinggal? Nanti kalau terjadi apa-apa gimana?”

Pemburu menjawab,”Gak papa. Kita sudah biasa kok.”

Tiga hari berlalu, pilot pesawat kembali ke hutan tersebut dan benar saja, ketiga pemburu sudah menunggu dengan hewan-hewan hasil buruan mereka. Banyak sekali, ada rusa, kijang, babi hutan, kambing gunung, gajah, buaya, jerapah, badak, kuda nil dll. Si pilot heran setengah mati,”Pak, hewan sebanyak gini gimana bawanya?”

Dijawab oleh si pemburu,”Gampang, kita ikat saja di badan pesawat.”

Pilotnya kaget luar-biasa,”Wah, bahaya pak. Pesawat jadi tidak seimbang dan kelebihan beban. Kita bisa jatuh nanti.”

Dijawab dengan,”Gak papa. Kita sudah biasa kok.”

Akhirnya mereka memutuskan untuk mengikat semua binatang hasil buruan di sekeliling badan pesawat. Di bodi, sayap, moncong, ekor dan seterusnya.

Di tengah perjalanan pulang, tidak menunggu lama, akhirnya pesawat betul-betul jatuh, hancur menghantam tanah karena overload dan tidak seimbang. Dulu, Pak Rizky kadang menutup cerita ini dengan dialog akhir antara pilot dan pemburu setelah mereka berhasil selamat dari kecelakaan pesawat yang sangat parah.

“Tuh kan, saya bilang apa!” protes si pilot kesal. Yang dijawab oleh pemburu dengan,

“Gak papa. Kita sudah biasa kok.”

Pak Rizky menutup cerita ini dengan pesan moral, bahwa begitu banyak orang yang terus-menerus melakukan hal yang sama setiap harinya sambil berharap mendapatkan hasil yang berbeda. Beliau bahkan memberikan sebuah quote dari Albert Einstein, manusia jenius abad 20.

“Mengharapkan hasil yang berbeda dengan tetap melakukan hal yang sama adalah definisi kegilaan dan ketidak-warasan.” – Albert Einstein.

Perbedaan yang paling menentukan antara orang sukses dan *kurang sukses* adalah bahwa orang sukses mampu melihat gambaran besar dari apa yang sedang mereka kerjakan. Hal ini disebut “visi”. The Big Picture yang menjadi finish line bagi orang-orang sukses adalah rekaman jernih dalam benak yang HARUS terwujud. Orang-orang sukses yakin luar-dalam bahwa gambaran dalam benak mereka tersebut adalah sebuah fakta yang tertunda. Sebuah “belief” yang sangat kuat yang kemudian menjadi obat penguat jiwa, melahirkan sebuah indra baru bagi orang-orang sukses. Melengkapi panca-indra yang lazim dimiliki orang rata-rata, orang sukses memiliki indra yang lain, “impian”.

Impian adalah indra yang jauh lebih kuat dari indra-indra yang lain. Itulah sebabnya seorang Wilma Rudolph yang terlahir prematur, cacat karena polio dan divonis tidak akan bisa berdiri menapakkan kakinya di bumi, mampu menjelma menjadi altet lari wanita paling terkenal dan mampu menyabet 3 medali emas olimpiade. Ketika sains mengatakan, hasil diagnosa membuktikan dan segudang dokter dengan sederet gelar hasil pendidikan panjang bertahun-tahun di dalam tembok-tembok universitas memvonis bahwa Wilma Rudolph tidak akan bisa menggunakan kakinya, Wilma malah memutar-balik semua “fakta” itu dengan menjadi wanita tercepat di dunia.

Juga seorang Roger Bannister sebagai orang pertama yang mampu berlari sejauh 1 mil dalam waktu kurang dari 4 menit. Rekor sebelumnya, 4,01 menit, bertahan selama sembilan tahun. Pada waktu itu semua ahli membuat pernyataan bahwa itulah batas dari kemampuan manusia. Mereka mengatakan, “setelah dianalisa” ternyata struktur otot manusia tidak akan mampu menahan beban yang lebih berat dari itu. Roger Bannister tidak membuang-buang waktu dengan hanya menganalisa. Dengan impian yang kuat, Sir Roger memilih berlari di track dan membuat kecele semua ahli analisa dengan catatan 3,59 menit. Setelah itu, banyak pelari lain yang akhirnya mampu melakukannya juga.

Dan seorang Thomas Alva Edison, seorang yang tuli dan hanya mengecap pendidikan formal selama 3 bulan seumur hidupnya. Thomas kecil didepak dari sekolah pada usia 7 tahun karena dianggap terlalu bodoh dan berbahaya karena “kebodohannya” dapat mempengaruhi anak-anak lainnya. Bertahun-tahun kemudian, anak bodoh yang tuna rungu ini memegang lebih dari 1000 hak paten penemuan yang sangat beguna bagi planet bumi. Thomas Alva Edison tidak menyerah pada penilaian orang lain. Salah satu penemuannya yang paling fenomenal adalah lampu pijar. Penemuan ini didapatkan melalui 9000 kali eksperimen yang berujung pada “kegagalan”. Pada tanggal 18 Oktober 1931, pukul 21.55, seluruh Amerika memadamkan semua lampu listrik untuk mengenang jasa seorang Thomas Alva Edison.

Apa yang membuat orang-orang tersebut mampu menembus semua keterbatasan selain karena impian, kerja keras dan sikap yang positif?

Kita sudah punya impian? Apa yang sudah kita lakukan untuk impian kita? Seberapa besar effort yang kita keluarkan untuk impian-impian kita? Mau gak kita membayar harganya? Mau gak kita berkorban? Seberapa banyak darah dan airmata yang sudah kita keluarkan untuk mewujudkan impian kita?

Sadar atau tidak, jawaban kita terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas menentukan siapa kita sebenarnya. Karena punya impian semata tidak cukup.

Christopher Colombus, ketika berhasil menemukan “dunia baru” Amerika, mendapatkan banyak penghargaan dari kerajaan spanyol. Hal ini membuat iri para pelaut lain. Mereka bergosip, yang pada intinya mereka sepakat bahwa Christopher Colombus sebenarnya tidak jago-jago amat dibanding mereka. “Kalau cuma berlayar gitu sih, kita juga bisa,” demikian mereka berkata. Mereka marah karena mengira kerajaan Spanyol menjadi pilih kasih dan menganak-emaskan Christopher.

Pada saat itulah, Colombus datang. Mendengar kemarahan para pelaut yang lain, Colombus cuma menantang semua orang yang ada di ruangan itu dengan memegang sebutir telur dan mengatakan, ”barang siapa yang mampu membuat telur ini berdiri tegak di atas meja, maka saya akan mengakuinya sebagai pelaut yang lebih baik dan semua penghargaan yang telah saya terima akan saya serahkan kepada sang pemenang.”

Semua pelaut mencoba berbagai cara dan tidak satupun yang berhasil melakukannya. Singkat cerita, ketika semuanya menyerah, Colombus memecahkan sedikit ujung telur tersebut sehingga telur itupun bisa berdiri tegak di atas meja dan tidak terguling.

Melihat ini, semua orang marah. Mereka mengatakan, “kalau begitu sih, kita juga bisa…bla…bla…bla…curang…bla…bla….” dan seterusnya.

Colombus cuma menjawab,”Tapi kalian tidak melakukannya, kan?”

Tindakan selalu mengalahkan teori. Analisa memang menghasilkan keputusan, tapi tindakanlah yang selalu memberikan hasil nyata. Sayangnya, sebagian besar orang justru memilih untuk bersikap “kritis”, “analis”, “teoritis” tanpa pernah melakukan apa-apa. Gak percaya? Buktinya ada istilah NATO (No Action Talk Only). Sayangnya lagi, para NATO-ers biasanya mempertahankan sikap mental gampang menyerah dan merasa tidak nyaman dengan “kegagalan”. Disenggol dikit goyang, ditowel dikit down. Ujung-ujungnya akhirnya kembali menganalisa. Gak sadar kali bahwa kesuksesan harus dibeli satu paket dengan bonusnya, yaitu kegagalan. Itupun masih harus diperjuangkan, dibayar harganya. Ada harga yang harus dibayar.

Mau tau jadi apa kita 5 tahun ke depan? Silahkan lihat orang yang sudah 5 tahun lebih dulu berada di jalan yang kita lalui sekarang. Kalau menurut kita kondisi orang itu mampu menjawab semua impian terliar kita, silahkan kita lanjutkan perjalanan. Berarti kita berada di jalan yang benar, karena kurang-lebih kita akan menjadi seperti dia saat ini. Tapi kalau tidak, kayaknya sudah saatnya kita putar layar dan berbalik haluan.

Kalau bahkan kita belum punya gambaran ingin menjadi apa dan berada dimana kita 5 tahun ke depan, dan apa impian kita buat kita sendiri, keluarga dan orang-orang sekitar kita, sudah saatnya lampu kuning kita nyalakan.

“Dinosaurus punah karena tidak mau berubah”

Tes..tes...

My new blog